Hanya Manusia biasa yang tak sempurna,suka menulis tentang kehidupan sehari hari~

Kamis, 05 Mei 2016

Endless Love CTS (Taiwan Drama) : Episode 9

Recap: Endless Love Ep.9

Line 9
Pagi-pagi benar Rui En, NoQ, dan Guang Chang pergi ke gang itu. NoQ dan Guang Chang sibuk membuat tali penghubung di atas pagar ruko. Sedang, Rui En sibuk menyusun lukisannya.
Jing Hao meminta Xue Zhe untuk membatalkan semua agendanya pagi ini. Xue Zhe meledek Bos-nya yang sekarang sudah mulai membolos.
Saat Jing Hao akan masuk ke dalam mobilnya, tiba-tiba seorang badut menodongnya dari belakang. Ternyata badut itu adalah Xin Jie. Xin Jie kesal karena penyamarannya ketahuan oleh Jing Hao. Xin Jie lantas membuka topeng badutnya dan berkata ia bisa bernapas lagi. Jing Hao teringat dengan Rui En yang kesusahan bernapas karena dirinya.
Jing Hao mengantarkan Xin Jie pulang. Di dalam mobil, Xin Jie mengarahkan kamera ponselnya ke Jing Hao, dan meminta Jing Hao untuk berbicara dari hati. Ini mengingatkan Jing Hao kembali pada Rui En. Jing Hao merampas ponsel Xin Jie dan menukas agar jangan bertindak kekanakkan seperti ini. Kejadian di bandara itu apa belum cukup? Xin Jie janji akan merubah sikapnya, setelah ia merubahnya apakah Jing Hao akan menerimanya? Jing Hao hanya diam.
Rui En menunggu Jing Hao, tapi orang yang ditunggu belum datang-datang juga. Bi Yun datang untuk melihat hasil usaha Rui En.
Jam di pergelangan tangan Jing Hao sudah menunjukkan pukul 10 lebih 30 menit. Terlambat setengah jam. Ia bergegas menuju ke tempat janjiannya dengan Rui En. Di tengah jalan, ia berpapasan dengan seorang wanita yang sangat dikenalnya. Jing Hao memutar arah dan mengikuti mobil wanita itu. Wanita berparas menakutkan itu adalah ibunya Xin Jie.
Ibunya Xin Jie marah atas tindakan Xin Jie sewaktu di bandara. Ibunya Xin Jie padahal sudah merencanakan pernikahan Xin Jie dengan orang kaya bernama Fu Hao. Xin Jie lantas dipukuli di dalam kamarnya oleh ibunya. Manajernya tidak bisa berbuat apa-apa. Jing Hao datang dan menghentikan ibunya Xin Jie memukuli Xin Jie.
Ibu Xin Jie tidak suka dengan Jing Hao yang seorang anak yatim-piatu. Jikapun Jing Hao ingin menikah dengan Xin Jie, Jing Hao harus sekaya Fu Hao dulu. Ibu Xin Jie pergi.
Xin Jie ketakutan. Ia memeluk Jing Hao dengan menangis. Xin Jie berharap Jing Hao tidak akan melepaskannya.
Sampai lewat waktunya, Jing Hao masih belum datang-datang juga. NoQ marah pada Jing Hao dan pergi, disusul Guang Chang. Bi Yun pun harus pergi karena ia masih ada wawancara koki di rumah sakit, dan ia pun mengajak Rui En agar ikut pergi bersamanya. Namun, Rui En menolak dan akan tetap menunggu Jing Hao.
Rui En tetap menunggu Jing Hao. Sedang, Jing Hao masih berada di rumah Xin Jie, menjaga Xin Jie yang tengah tertidur sembari menggenggam tangan Xin Jie.
Jing Hao marah ke manajer Xin Jie dan menukasnya, kalau sampai membiarkan wanita itu (ibunya Xin Jie) masuk lebih baik berhenti menjadi manajer. Manajer Xin Jie mengajukan pembelaan dirinya. Atas dasar apa Jing Hao melarangnya? Memangnya Jing Hao bersedia bertanggung jawab terhadap Xin Jie?
Jing Hao terdiam lama, dan menjawab kalau ia yang akan bertanggung jawab terhadap Xin Jie.
Keluar dari rumah Xin Jie, wartawan memotret wajah Jing Hao. Jing Hao sama sekali tidak peduli. Melenggang cuek masuk ke dalam mobilnya.
Baru di malamnya, Jing Hao datang ke gang tempat pertama kali ia dan Rui En bertemu. Jing Hao melihat ada banyak lukisan dirinya dan kebersamaannya dengan Rui En yang dipajang di sepanjang gang. Sesaat kenangannya muncul ketika melihat lukisan-lukisan itu.
Rui En yang sudah menunggu di gang itu, merasakan kehadiran Jing Hao. Ia memutar tubuhnya ke belakang. Jing Hao hanya berdiri diam tanpa senyum mengarah ke Rui En. Sedang, Rui En tersenyum menyambut kedatangan Jing Hao.
Rui En kembali mengingatkan Jing Hao mengenai lukisan-lukisan itu. Jing Hao tersenyum mengatakan kalau ia sudah ingat dengan kenangan itu. Jing Hao pun mengejek Rui En, “Kau meminta waktu tiga hari untuk menunjukkan ini? jangan menggangguku dengan hal-hal seperti ini. ini akan membuatku semakin membencimu.”
Memangnya Jing hao tahu bagaimana perasaan Rui En selama tiga tahun ini? Selama tiga tahun ini Rui En melukis kenangannya, dan di dalam kamarnya ada sepuluh kali lipat lukisan lagi. meskipun Jing Hao tidak mencintainya lagi, tapi ia akan kembali membuat Jing Hao jatuh cinta padanya lagi.
Rui En menanyakan kenapa Jing hao pergi darinya tanpa alasan? Jing Hao menjawab, dulunya ia hanya ingin berpacaran dengan anak orang kayak, eh siapa sangka Rui En menanggapinya serius dan mengajaknya menikah. Rui En bertanya lagi kenapa harus Xin Jie? Apakah Jing Hao mencintainya? Jing Hao hanya menjawab karena Xin Jie perlu perlindungannya.
Jing Hao pergi dan berucap di dalam hatinya, aku rela membuatmu membenciku. Kumohon lupakanlah aku.
Rui En menangis sedih.
Bi Yun bertemu dengan Min Shuo di rumah sakit. Min SHuo menanyakan kedatangan Bi Yun ke rumah sakit? bi Yun bilang ia akan mengikuti wawancara menjadi koki.
Xin Jie sedih. Kalau seperti ini siapa yang akan mau bersamanya? Ia berharap bisa kabur berdua dengan Jing Hao. Manajernya mengatakan kalau Jing Hao bersedia bertanggung jawab terhadap Xin Jie. Xin Jie tentu saja senang mendengarnya.
Bi Yun menemani Rui En minum di kedai. Diluar sana Jing Hao belum tentu sedih, tapi kenapa Rui En sesedih ini.
“Perlakuannya memang membuatku sedih. Tapi setiap kali aku bertemu dengannya rasanya hatiku sangat senang,” ujar Rui En.
“Huh, dasar wanita. Bertemu dengan lawan pun hatinya masih tetap goyah.” Bi Yun menimpali.
Tak berbeda jauh dengan Rui En, Jing Hao pun minum-minum.
Min Shuo datang ke rumah Rui En dan melihat Rui En yang mabuk sedang dipapah Bi Yun. Bi Yun meninggalkan Rui En bersama Min SHuo.
Rui En curcol mengenai Jing Hao yang telah meninggalkannya. Min Shuo tidak tahan dengan sikap Rui En yang terus menyiksa diri sendiri dengan menunggu Jing Hao. Tidak tahukah Rui En kalau Min Shuo sangat mencintainya.
Iya, Rui En tahu. Rui En pun sangat mencintainya. Tanpa sadarnya Rui En mencium Min Shuo, lalu memeluknya. Min Shuo tersenyum senang, namun senyumnya terhenti saat Rui En menyebutkan sebuah nama, “Jiang Hao.”
Pulang dari rumah Rui En, Min SHuo yang ngebut mengalami kecelakaan mobil.
Rui En menanyakan kenapa Min SHuo bisa kecelakaan? Min Shuo malah balik bertanya kenapa Rui En menemui Jing Hao lagi?
Apa tiga tahun ini perlakukan baik Min Shuo masih kurang di mata Rui En? Sekarang ini Jing Hao sudah ada di Taiwan, lalu apa Rui En akan kembali kepada Jing Hao?
Rui En hanya diam. Tanpa mereka sadari kalau Nyonya Luo mendengarkan percakapan itu.
Xin Jie mengungkapkan isi hatinya. Jika mengenai skandal itu membawa dampak buruk bagi pencitraan rumah sakit, maka ia tidak masalah kalau Tuan Song menolaknya. Namun, Tuan Song malah memuji Xin Jie yang berterus terang dengan perasaannya (sewaktu di bandara) dan mengucapkan selamat pada Xin Ji karena telah bergabung di rumah sakit Tai Feng.
Xin Jie menelpon Jing Hao, sayangnya ponsel Jing Hao tidak aktif. Dengan penuh semangat ia akan menemui Jing Hao di kantornya. Manajernya tersenyum memberikan ijin.
Nyonya Luo mendatangi kantor Jing Hao. Bahkan menampar pipi Jing hao saking marahnya. Jing Hao menyuruh Xue Zhe dan Xue Li untuk keluar, tapi Nyonya Luo menyuruh dua asisten Jing hao tetap di tempat. Nyonya Luo membeberkan Jing Hao yang pergi meninggalkan mempelai wanitanya tepat di hari pernikahan.
Sekarang apa Jing Hao akan kembali pada Rui En? Jing Hao menegaskan ia tidak akan kembali pda Rui En. Nyonya Luo makin marah, kalau tidak mau kembali jangan memberikan harapan kosong pada Rui En. Sebelum pergi, Nyonya Luo mengambil gelas berisi air putih di atas meja dan menyiramkannya ke wajah Jing Hao.
Xue Zhe dan Xue Li yang melihatnya terkejut. Xue Zhe takut-takut menanyakan apakah Jing hao memerlukan baju ganti. Jing Hao meminta kedua asistennya untuk keluar.
Datanglah Xin Jie dengan begitu cerianya. Lalu ia panik melihat wajah Jing Hao basah. Jing Hao bilang tadi ada sedikit kesalah-pahaman dan sudah berakhir.
Jing Hao mengajak Xin Jie untuk berpacaran. Tentu saja Xin Jie gembira. Ia mencium Jing Hao dan memeluknya.
Rui En masih menemani Min SHuo di rumah sakit. min Shuo merasa bosan dan ia meminta Rui En untuk menemaninya jalan-jalan.
Jing Hao di kamar yang lain sedang menjenguk Kak Kun untuk melaporkan tentang perusahaan. Kak Kun tidak peduli itu, yang dipedulikannya hanyalah keuntungan. Kak Kun pun baru mengetahui kalau Jing Hao nyaris menjadi menantu Song Wan Ji. Bukan maksud Kak Kun mencari tahu, ia tidak sengaja mendengarnya, dan kebetulan putrinya Song Wan Ji dirawat di kamar sebelah. Baru sehari dirawat sudah kabur. Sepertinya gadis itu masih belum menyerah.
Jing Hao hanya diam mendengarnya.
Tanpa sengaja Jing Hao melihat Rui En dan Min SHuo, bahkan mendengarkan percakapannya. Min SHuo meminta Rui En agar berpacaran dengannya? Belum lihatkah juga Rui En masa tiga tahun ini?
Sebenarnya, Rui En sudah melihat semua kebaikan Min Shuo. Namun, ia memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu. Ia hanya mengucapkan terima kasih dan akan memikirkannya di rumah. Min Shuo tersenyum.
Min Shuo balik ke kamarnya, namun ia tertahan saat melihat Jing Hao berdiri di depan pintu masuk rumah sakit. jing Hao lantas menyindir Min Shuo, “Tiga tahun kau masih belum bisa mendapatkan hatinya?”
Min Shuop marah. “Kalau menghilang, menghilang saja sekalian. Jangan pernah muncul lagi di depannya!”
Bogeman kesal pun dilayangkan Min Shuo ke wajah Jing Hao.
“Tiga tahun aku pergi agar kalian bisa bersama. Aku berharap kau dan Rui En bisa bersama. Kata-kata ini tulus kuucapkan dari hatiku.”
Min Shuo tidak mengerti.
“Kau tidak melihat di tivi? Sekarang ini aku bersama dengan Xu Xin Jie. Aku tidak ada keinginan untuk kembali pada Rui En, karena aku sudah tidak tertarik lagi padanya.”
Aish! Kalimat Jing Hao menyakitkan. Munafik. Jelas-jelas Jing Hao masih memikirkan Rui En.
Nyonya Luo meminta Rui En agar mempertimbangkan untuk berpacaran dengan Min SHuo. Min Shuo dulunya memang suka berfoya-foya, tapi selama tiga tahun ini Min Shuo selalu ada di samping Rui En. Bertengkar dengan ayah dan kabur dari rumah itu tindakan bodoh hanya demi menunggu Jing Hao.
Di jalan, Rui En melihat poster Xin Jie. Marah.
Memangnya kau sebaik apa? Kembalikan Kak Jing Hao-ku.
Rui En membaca sebuah artikel di internet mengenai Jing Hao dan Xin Jie. Makin marah.
Tiba di acara pengenalan dengan ambassador rumah sakit Tai Feng. Nyonya Luo dan Min Shuo kaget dengan hadirnya Xin Jie yang datang bersama Tuan Song. Tak lama kemudian datanglah Rui En dengan membawa tas berisi perlengkapan melukisnya. Tampak marah melihat Xin Jie. Min Shuo yang melihat kedatangan Rui En lantas menghampirinya.
Apalagi Xin Jie mengklarifikasi mengenai ciumannya di bandara. Dengan terang-terangan Xin Jie mengaku kalau pria yang diciumnya itu adalah pacarnya.
Belum lagi Tuan Song menambahi, “Aku sangat terkesan dengan sikap terus terang Xu Xin Jie mengenai perasaannya. Seperti rumah sakit ini yang dibangun dengan rasa cinta. Semoga rumah sakit ini bisa memberikan pengobatan bagi mereka yang kurang mampu.”
Tuan Song memperkenalkan Xin Jie pada Rui En. Rui En dengan tersenyum pahitsenyum dipaksakansenyum tidak ikhlas mengatakan kalau ia melihat secara langsung ciuman di bandara itu. Rui En bilang ia ingin berteman dengan Xin Jie. Tapi setiap orang yang berteman dengannya harus mencurahkan isi hatinya. Mereka pun berjabat tangan. Xin Jie melihat cincin di jari manis Rui En. Rui En bilang itu adalah cincin nikahnya, tapi sayangnya suaminya menghilang tanpa alasan tiga tahun yang lalu. Dan untungnya suaminya itu sudah kembali.
Min Shuo dan Tuan Song cemas mendengarnya. Berharap Rui En tidak akan membuat masalah disini. Tuan Song meminta Min Shuo untuk mengajak Xin Jie menjauh.
Rui En marah pada ayahnya. Kenapa harus Xu Xin Jie? bukannya ayahnya mengetahui siapa Xin Jie? apa ini rencana ayahnya? Ayahnya berusaha keras untuk membuatnya menyerah dan berputus asa terhadap Jing Hao. Jika ini adalah cara ayahnya untuk membuatnya menyerah, jangan harap bisa.
Rui En hendak menemui Xin Jie, namun ditahan oleh Min Shuo. Rui En menukas lirih Min SHuo agar melepaskan tangannya. min Shuo melepaskannya dengan cemas. Rui En menghampiri Xin Jie sembari berkata, “Bolehkan aku melukismu? Anggap saja ini sebagai kado pertemanan kita.”
Xin Jie setuju.
Jing Hao merasa ada yang mengikuti mobilnya.
Rui En melukis Xin Jie di apartemen Xin Jie.
Xin Jie minta agar lukisannya yang cantik karena ia ingin memamerkannya ke pacarnya. Rui En berpura-pura tidak tahu dan menanyakan seperti apa pacarnya Xin Jie. Xin Jie dengan polosnya bercerita kalau pacarnya itu adalah pria yang pemalu dan baik hati. Kalau tersenyum sangat imut. Pokoknya pria yang sempurna di matanya. Rui En terhenti melukisnya. Ada getir pahit di hatinya.
Hasil lukisannya selesai. Xin Jie memamerkannya ke Mei Ru (baru tahu nama manajernya Xin Jie). Ponsel Xin Jie berdering dari Jing Hao. Xin Jie langsung bilang kalau saat ini ia sedang bersama dengan Song Rui En, putrinya Song Wan Ji. Rui En pun melukiskan wajahnya.
Xin Jie memotret lukisannya dan mengirimkannya ke Jing Hao. Jing Hao menerima pesan itu, lalu ia melihat laptop di sampingnya. Artikel mengenai Xin Jie yang menjadi ambassador untuk rumah sakit Tai Feng.
Rui En akan menunjukkan sesuatu ke Xin Jie, tepat di saat itu datanglah ibunya Xin Jie. Xin Jie tidak suka apalagi ibunya berniat untuk tinggal dengannya di rumah ini. ibunya Xin Jie lantas menampar pipi Xin Jie.
Rui En kaget melihatnya. Xin Jie kabur, dan Mei Ru meminta Rui En untuk mengejar Xin Jie. sementara itu Mei Ru menahan tubuh ibuya Xin Jie agar tidak mengejar Xin Jie.
Xin Jie menangis sambil memeluk Rui En. Ibunya selalu seperti itu. Asal ibunya tidak suka meskipun ia tidak salah, maka ibunya pasti akan memukulinya. Wanita itu memang adalah ibu kandungnya. Ayahnya mencampakkan mereka dan ibunya melampiaskan kemarahannya terhadap dirinya. Untunglah ada Jing Hao yang menolongnya. Jika tidak ada Jing Hao mungkin ia sudah mati.
“Bagaimana kau bisa mengenal Jing Hao?” Rui En penasaran.
“Saat aku berusia 18 tahun ada seseorang yang mengatakan pada ibuku kalau aku bisa menjadi artis. Ibuku sangat senang karena bisa mendapatkan uang banyak. Setiap hari jadwalku sangat padat. Hampir aku tidak bsia tidur. Saat itu di Jepang, ibuku menyuruhku untuk pemotretan seksi. Aku menolaknya dan ibuku semakin memaksaku untuk membuka bajuku di depan mereka. aku berlari keluar dan disitulah aku bertemu dengan Jing Hao yang menyelamatkanku.”
Baru diketahui oleh Rui En maksud perkataan Jing Hao “Dia butuh perlindunganku,” ternyata adalah ini.
Ternyata yang membuntuti Jing Hao selama ini adalah Tuan Song.
Rui En mengantarkan Xin Jie kembali ke apartemennya. Jing Hao melihatnya dari kejauhan. Setelah Xin Jie dan Mei Ru masuk, Jing Hao menghampiri Rui En.
Jing Hao marah pada Rui En. Terutama pada Tuan Song. Mencari Xin Jie, lalu mendekatinya, dan setelahnya akan membeberkan masalah tiga tahun yang lalu. Jika itu yang diinginkan oleh Rui En, ia tidak akan membuatnya kembali padanya. Jing Hao seakan dapat membaca maksud dari Rui En mendekati Xin Jie dengan berpura-pura menjadi temannya.
Rui En tidak menampik kalau ia memang punya maksud untuk mendekati Xin Jie. Awalnya ia ingin memperlihatkan lukisan-lukisannya ini pada Xin Jie dan mengatakan mengenai hubungan mereka tiga tahun yang lalu. Tapi ia tidak dapat mengatakannya saat ia melihat ibunya Xin Jie datang. Karena ia tahu kalau Xin Jie memang membutuhkan perlindungan jing Hao.
“Aku akan bersaing dengannya. Aku juga tidak akan mengatakan apapun mengenai hubungan kita. Aku akan mendapatkanmu kembali padaku,” ujar Rui En.
Jing Hao terdiam.
Episode Selanjutnya...
Photo&recap oleh Phoo Purarora.

Sumber :  http://dunia-phoo.blogspot.co.id/2012/03/recap-endless-love-ep9.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar