Recap: Endless Love Ep.10
Line 10
Jing Hao
menanyakan pada dua anak buahnya mengenai perekrutan designer baru.
Bi Yun
melihat Rui En melepas lukisan-lukisan Jing Hao dari dinding. Rui En bilang,
“Dulu aku memajang wajah Jing Hao untuk menunggunya. Sekarang dia sudah pulang,
jadi untuk apa aku memajangnya lagi.”
Tong Tong
dengan tegas mengatakan pada Rui En, kalau Paman Jing Hao sebenarnya masih
cinta sama Kak Rui En, hanya saja Paman Jing Hao terlalu sibuk jadi tidak bisa
menghubungi Kak Rui En. Rui En yang mendengar kepolosan Tong Tong tersenyum.
“Kak Rui
En, harus bahagia!” ucap Tong Tong.
“Kakak
pasti akan bahagia. Semangat,” balas Rui En.
Rui En
mendatangi rumah sakit untuk mengajak Min SHuo makan siang. Merekapun makan
siang bersama. Min SHuo tahu Rui En ingin membicarakan sesuatu mengenai Jing
Hao, namun ia tidak memberikan Rui En kesempatan untuk bicara. Min Shuo asyik
dengan pembicaraannya sendiri. Ia memutuskan untuk tinggal di rumah yang
terpisah dengan ibunya, agar ia dan Rui En bisa tinggal bersama. Meskipun ia
tak pandai memasak, tapi ia akan membuatkan masakan untuk Rui En. Dan, tentang
masalah Rui En pergi ke rumah sakit untuk menemui Xin Jie itu, ia tidak akan
menanyakannya dan tidak ingin tahu.
Rui En
berteriak memotong pembicaraan Min SHuo. Biarkan ia bicara dulu. Rui En
mengutarakan keinginanya untuk merebut kembali Jing Hao.
Min SHuo
yang geram lantas pergi meninggalkan Rui En.
Rui En
mengejar Min SHuo dan menjelaskan, bahwa ia tidak sanggup lagi untuk mengontrol
perasaannya. Min SHuo yang seakan meledak perasaannya, hendak melayangkan
tamparan pada Rui En, namun ia urungkan niatnya. Min SHuo meminta Rui En agar
mencabut kembali kata-katanya.
“Anggap
saja aku tidak mendengarnya,” tukas Min SHuo.
Rui En
meminta maaf pada Min SHuo.
Di rumah
sakit Bi Yun bertemu dengan Min SHuo yang tampak murung dan sedih. Ternyata ini
ada kaitannya dengan Rui En, namun Bi Yun tidak mengorek banyak, karena ia
tidak ingin membuat Min SHuo bersedih.
Karena
hari ini adalah hari pertama BI Yun masuk kerja, Min SHuo mengantarkan Bi Yun
ke dapur rumah sakit. Ia memperkenalkan Bi Yun pada staf dapur, tapi kokinya
beranggapan kalau Bi Yun adalah pacaranya Min SHuo. Bi Yun lekas meluruskan
keadaan kalau ia bukanlah pacarnya dokter Li. Mereka hanyalah teman saja.
Min Shuo
bertanya pada Bi Yun, apa kekurangannya? Kenapa Rui En tidak menyukainya?
Apakah tiga tahun ini ketulusannya untuk mencintai Rui En masih kurang?
Bi Yun,
meskipun ia menyukai Min SHuo, dengan berbesar hati ia memberikan semangatnya
pada Min SHuo. “Rui En hanya terlalu keras kepala saja. Dia masih belum bisa
menghargai ketulusanmu. Suatu hari nanti dia pasti akan melihat semua
kebaikanmu.”
“Kau akan
berada di sampingku, kan sampai akhir? Mendukungku.”
Bi Yun
mengangguk. Lalu, Min SHuo memeluknya.
Nyonya
Zhuo menemui Tuan Song. Ia tidak suka Tuan Song membantu kisah cinta putrinya
dengan Jing Hao. Tuan Song heran kenapa Nyonya Zhuo tidak menyukai Jing Hao.
Ternyata alasan nyonya Zhuo sangat sederhana. Nyonya Zhuo telah mengorbankan
segalanya demi kesuksesan Xin Jie. Dan semenjak Xin Jie mengenal Jing Hao, Xin
Jie malah ingin melepaskan karir keartisannya. Nyonya Zhuo yang pecinta uang
mana rela menyerahkan putri semata wayangnya demi seorang Jing Hao.
NoQ
membawakan baju baru buat Rui En. Selalu seperti ini, Rui En merasa tidak enak
hati jika harus diberi gratisan oleh NoQ.
Mumpung
ada NoQ disini, Rui En meminta bantuannya sebentar. Ia sedang merancang sebuah
program untuk ponsel, namun masih belum dapat-dapat juga yang diinginkannya.
Jadi, programnya Rui En berkisar tentang pencarian jodoh lewat ponsel. Namun,
NoQ agak sedikit keberatan dengan yang dikatakan oleh Rui En.
“Misalkan,
saat aku menyalakannya dan ternyata di sebelahku seorang pria, apa dia akan
menjadi jodohku?” ogah NoQ. “Lalu, ternyata tiba-tiba di sebelahku ada gadis
jelek. Wah, aku tidak mau. Sebaiknya, pikirkan orang yang kau sukai dan nyalakan
ponselnya, jika terjadi getaran, maka dia adalah jodohmu.”
Rui En
mengingat kembali kata-kata dosennya. Biarpun
ada banyaknya orang, namun pandangan mata tetap terfokus pada satu orang. Rui
En tersenyum dan memeluk NoQ karena telah membantunya memecahkan masalahnya.
Rui En
langsung mengetik apa yang barusan dikatakan oleh NoQ.
NoQ
bingung, “Memangnya tadi aku mengatakan apa?
Saat
makan malam suasana menjadi tidak nyaman. Rui En melihat wajah murung Bi Yun
dan menanyakan, apakah hari pertama kerjanya tidak berjalan lancar?
Bi Yun
dengan kesal menanyakan ke Rui En, apa yang terjadi pada Min Shuo karena saat
ia bertemu dengan Min SHuo, Min SHuo sangat sedih. Meskipun ia tidak ingin
menanyakannya, tapi ia berharap Rui En tidak menyakiti perasaan Min SHuo terus.
Rui En
tidak mau memperpanjang masalah ini. Ia menyuruh NoQ untuk lekas menghabiskan
makanannya, karena ia akan menemani NoQ berjualan.
Rui En
dan NoQ berjualan baju bersama. Rui En curhat pada NoQ, apakah ia bodoh? Ia
berharap Jing Hao datang padanya, tapi setelah datang Jing Hao malah
menggandeng wanita lain.
Oke,
cukup pembicaraan tentang Jing Hao. Rasanya haus jika membicarakan Jing Hao,
NoQ meminta Rui En menjagakan barang dagangannya sementara ia membeli minuman.
Di tempat
yang sama, Jing Hao dan Xin Jie jalan-jalan. Para penggemar Xin Jie
mengerumbuninya dan meminta tanda tangan. Jing Hao bergerak menjauh dari
kerumunan. Jing Hao berjalan-jalan seorang diri.
Tanpa
sengaja Jing Hao melihat Rui En yang tengah berjualan.
Bunyi
peluit polisi memaksa para pedagang kaki lima bubar jalan.
Rui En
mendengar suara peluit dan menoleh ke belakang. Tepat di saat itu ia melihat
Jing Hao. Keduanya tampak bengong.
Jing Hao
tersadar dari bengongannya dan menarik lemari gantungan bajunya. Jing Hao dan
Rui En berlari bersama, dan masuklah mereka ke dalam gang tempat pertama kali
keduanya bertemu.
Jing Hao
menyuruh Rui En tetap berada disitu selama satu jam. Namun, Rui En tidak mau
dan bertanya ke Jing Hao, untuk apa bersembunyi? Kenapa menghindarinya?
Belum
sempat menjawab pertanyaan Rui En, bunyi peluit polisi terdengar di belakang.
Jing Hao menarik tubuh Rui En agar merapat ke dinding.
Sebenarnya akupun juga butuh perlindunganmu. Kau muncul di
depanku begini tanpa bicarapun aku sudah senang. Benar-benar sangat baagia.
Jing Hao, aku sangat merindukanmu, ujar
Rui En dalam hatinya.
Waktu seperti ini sangat berharga. Aku mengharapkan lama waktu
seperti ini. Memandangimu dalam diam, ujar
Jing Hao dalam hati.
Tangan
Rui En hendak menyentuh pipi Jing Hao, dan saat itulah Jing Hao yang sempat
terlena akhirnya tersadar. Jing Hao menjauhkan dirinya dari Rui En.
Rui En
hanya bisa menatap sedih pria yang dicintainya pergi meninggalkannya.
NoQ
kebingungan mencari Ru En. Semua pedagangpun tidak ada. Rui En kembali dengan
gontai, dan NoQ langsung menghampirinya.
“Kau kan,
sama sekali tidak punya pengalaman. Tapi kau tidak tertangkap?”
“Tapi dia
punya.”
“Siapa?”
“Liang
Jing Hao.”
Rui En
lalu menceritakan bagaimana tadi dia bisa bertemu dengan Jing Hao.
Sewaktu
dalam perjalanan pulang, Jing Hao dihadang oleh beberapa orang suruhannya
Nyonya Zhuo. Jing Hao yang seorang diri berhasil menumbangkan orang-orang itu.
Jing Hao teringat Xin Jia dan ia menuju ke apartemen Xin Jie untuk mengetahui
keadaan gadis itu.
Untunglah
gadis itu baik-baik saja. Jing Hao menyuruh Xin Jie untuk pindah rumah demi
keamanan. Namun, Xin Jie beranggapan akan tinggal serumah dengan Jing Hao.
Maksudnya Jing Hao adalah Xin Jie pindah ke rumah baru karena ibunya Xin Jie
telah memiliki kunci rumah ini. Oh, kalau itu jangan khawatir, karena Xin Jie
sudah mengganti kunci rumah ini.
Rui En
berkutat di depan laptop untuk memperbaharui programnya.
Jing Hao
sibuk dengan pekerjaannya. Begitu pula dengan Xue Zhe dan Xue Li yang sibuk
mencari designer baru untuk program perusahaan mereka.
Besoknya,
Jing Hao terkejut dengan kehadiran Rui En di depan kantornya. Jing Hao
beranggapan kalau Rui En datang untuk menemuinya. Ia mencengkeram siku lengan
Rui En menyuruhnya untuk pergi dari situ. Xue Li datang dan ia menyapa Rui En―yang adalah designer baru perusahaan mereka―tentunya Rui En tersenyum nakal pada Jing Hao. Xui Li melihat
Jing Hao mencengkeram siku lengan Rui En, “Oh, kalian berdua sudah saling
kenal? Kalau begitu aku tidak perlu memperkenalkan kalian berdua lagi.”
Dua
designer baru mereka adalah Luo Jian Sheng (entah kenapa nih cowok membuatku
curiga) dan Song Rui En.
Parahnya,
Rui En tidak bekerja sendiri. Ia membawa serta asistennya yang tak lain adalah
NoQ. Dengan penuh kebanggaan, NoQ mampu bekerja sama dengan sangat baik. NoQ
bisa merangkap menjadi asisten untuk semua orang dan membelikan makanan.
Jing Hao
tidak setuju dengan penambahan NoQ di dalam kantornya, karena kantornya bukan
taman bermain. Jing Hao menyuruh Xue Zhe dan Xue Li masuk ke ruangannya.
Rui En
suka sekali melihat NoQ yang berhasil membuat Jing Hao marah.
Jing Hao
menanyakan pada dua anak buahnya atas dasar apa merekrut Rui En. Xue Li bilang
kalau rancangan Rui En yang paling bagus dari yang lain dan sangat berbakat.
Lagipula bukankah yang mendesak untuk mencarikan designer adalah Jing Hao.
Lalu
bagaimana dengan NoQ? Masa anak buah punya asisten?
Xue Li
menjelaskan bahwa itu atas permintaan Rui En yang menginginkan asisten. Karena
program mereka dikerjakan bersama dan harus dipekerjakan bersama pula. Kalau
tidak mau, ya tidak usah dipekerjakan saja sekalian.
Xue Li
dan Xue Zhe menemui karyawan barunya. Dari yang telah dibicarakan, Bos (Jing
Hao) mereka akan mempekerjakan Rui En dan Jian Sheng selama tiga bulan masa
percobaan. Jika kinerja keduanya tidak seperti yang diharapkan, maka harus
pergi dari perusahaan.
NoQ tidak
setuju. Untuk apa memperkerjakan mereka kalau pada akhirnya hanya dalam masa
percobaan. Rui En memohon pada NoQ agar menurut. NoQ pun akhirya menurut dengan
terpaksa.
Saat
makan siang, Rui En dan NoQ mendatangi Jing Hao yang makan sendiri.
Jing Hao
tanpa sedetikpun memandang ke arah Rui En. Ia tidak suka ada orang yang
bermain-main di kantornya. NoQ merasa tersinggung karena dianggap remeh oleh
Jing Hao. Dengan tegas Rui En mengatakan, mereka akan bekerja dengan serius dan
jika mereka tidak memenuhi seperti apa yang diinginkan oleh Jing Hao, mereka
akan mengundurkan diri dengan sendirinya.
Jing Hao
pergi dengan―oh, tidak dengan angkuhnya.
Rui En
menunduk sebal. Di sebelahnya, NoQ terus membuat sumpah serapahnya pada Jing
Hao. NoQ menyumpahi saat Jing Hao masuk ke toilet, dan tisu toiletnya habis.
Lalu, saat mandi di musim dingin dan tidak ada air panas. NoQ melihat air muka
Rui En semakin kesal, dan iapun mencabut kembali sumpah serapahnya pada Jing
Hao. Takut kalau Rui En marah.
Bi Yun
sebenarnya ragu untuk mengatakannya, tapi ia tetap mengatakannya pada Min SHuo.
Ia memberitahukan kalau Rui En bekerja di kantornya Jing Hao. Jelas saja ini
membuat Min SHuo marah, dan beranggapan kalau Jing Hao sengaja menerima Rui En
dan memberikan harapan palsu pada Rui En. Min SHuo segera menemui Tuan Song
untuk melaporkan hal ini.
Ternyata
Tuan Song tidak ada di tempat. Baru saja keluar. Min SHuo mengejar Tuan Song,
namun Tuan Song keburu masuk ke dalam mobil. Tak mau ketinggalan, Min SHuo
mengejar mobil Tuan Song.
Hingga,
mobil Tuan Song masuk ke dalam pekarangan sebuah rumah sakit. Min Shuo menelpon
Tuan Song dan menanyakan dimana sekarang. Tuan Song memberikan jawaban kalau
sekarang ini sedang ada di bandara untuk menjemput klien. Min Shuo menaruh
curiga. Jelas-jelas Tuan Song sedang berada di rumah sakit, tapi kenapa
berbohong dengan mengatakan sedang berada di bandara.
Tuan Song
menemui Liang Fu Cheng―ayahnya Jing Hao. Ia
curcol pada Tuan Liang―yang sebenarnya sih
percuma karena Tuan Liang tentunya tidak akan merespon ceritanya―dan mengatakan ketidak setujuannya jika Jing Hao dan putrinya
bersama. Karena ia takut Rui En mengetahui tentang kecelakaan itu (dimata Rui
En kan, ayahnya adalah orang yang paling baik sedunia).
Tuan
Liang memanggil Tuan Song dengan panggilan “teman baik.” Dan si teman baik ini
memberikan setas coklat kesukaan Tuan Liang. Tanpa ragu-ragu, Tuan Liang
membacakan sebuah surat yang ditulisnya untuk “anak muda.” Sayangnya, Tuan
Liang tidak ingat siapa nama anak muda itu.
Tuan
Liang mengantarkan Tuan Song ke mobilnya. Sebelum pulang, tiba-tiba, Tuang
Liang ingat nama “anak muda” itu. Namanya adalah Liang Jing Hao. Min Shuo yang
berada di dalam mobilnya mendengarnya dan ia begitu terkejut.
“Liang Fu
Cheng? Bukankah ayahnya Liang Jing Hao sudah meninggal?”
Min Shuo
menundukkan kepalanya saat mobil Tuan Song keluar dari pekarangan rumah sakit.
Setelah mobil Tuan Song menjauh, Min SHuo keluar dari mobil dan hendak masuk ke
rumah sakit, namun ditahan oleh satpam. Min Shuo―yang
memakai jubah dokter―akan diijinkan masuk kalau
membawa surat ijin.
Xue Zhe
dan Xue Li ragu-ragu mau menyampaikan sesuatu pada Jing Hao. Mereka ingin
membuat sebuah pesta kecil untuk menyambut karyawan baru.
Xue Li
menyampaikan berita gembira yaitu makan malam untuk menyambut karyawan baru.
NoQ yang sepertinya menyukai Xue Li dengan penuh percaya diri membawakan tas
milik Xue Li. Karena NoQ adalah asisten semua orang. Mendengar hal itu, Xue Zhe
dan Jian Sheng kemudian meletakkan tas mereka di tumpukan tangan NoQ.
NoQ hanya
bisa memberengut sebal. Rui En tak dapat menahan tawa gelinya.
Saat
memilih menu, NoQ, Xue Li, dan Xue Zhe begitu ribut. Xue Li menekankan setiap
orang tidak boleh lebih dari 1000, karena perusahaan tidak punya banyak uang.
Nah, NoQ diminta agar tidak memesan banyak makanan. NoQ yang polos keceplosan
bicara dengan mengatakan, “Jing Hao sudah tahu aku makannya banyak.”
Xue Li
dan Xue Zhe bingung. Rui En melirik dengan melotot ke NoQ agar jangan keceplosan
bicara. Cepat-cepat NoQ mengoreksi ucapannya, “Dilihat sekilas dari badankupun
sudah tahu kalau aku makannya banyak.”
Dan, Jing
Hao datang dengan menggandeng Xin Jie. Menyebalkan. Air muka Rui En dan NoQ
mendadak berubah tak ramah pada Xin Jie.
Jing Hao
memang sengaja mengajak Xin Jie untuk membuat cemburu Rui En. Lebih
menyebalkan!
Xin Jie
terkejut melihat Rui juga ada di acara makan malam. Bahkan ia memanggil Rui En
dengan panggilan “kakak.” Dan, ia senang karena Rui En bekerja di kantor Jing
Hao, dengan begitu setiap kali ia ke kantor Jing Hao, ia bisa sekalian menemui
Rui En. Menyenangkan bagi Xin Jie, tapi tidak bagi Rui En.
Min SHuo
memberitahukan Tuan Song mengenai Rui En yang bekerja di kantor Jing Hao. Ia lalu
menyinggung perihal kenapa Tuan Song begitu tidak merestui Jing Hao dan Rui En.
Tuan Song bilang ia tidak suka pada Jing Hao yang telah meninggalkan putrinya
tanpa sebab dan alasan. Min Shuo juga bertanya apa Tuan Song pernah bertemu
dengan ayahnya Jing Hao? Dengan tergagap Tuan Song mengatakan ia belum pernah
sekalipun bertemu dengan ayahnya Jing Hao.
Lagi, dan
lagi!
Jing Hao
sengaja membakar api cemburu Rui En. Ia mengatakan pada Xin Jie kalau malam ini
sangat cantik dan mengecup pipinya.
Rui En
yang merasa geram lantas berteriak memanggil Xin Jie. “Bisakah kau meminjamkan
pacarmu padaku sebentar? Karena ada yang ingin kukatakan padanya.”
Rui En
menghampiri Jing Hao. Menatapnya lekat, dan…
Rui En
memeluk erat Jing Hao sembari berkata nyaring―mungkin
lebih ke nada marah―, “Terima kasih kau telah
menerimaku di kantormu. Aku akan berusaha dan tidak akan mengecewakanmu.”
Jing Hao
terdiam. Xin Jie yang semula bengong, kemudian tersenyum.
Rui En
pergi dengan motor matiknya dengan tangis tertahan. Jing Hao hanya diam
bergeming.
Min Shuo
menunggu Rui En di rumah. Ia terlalu penasaran dan menaruh curiga pada Tuan
Song. Min Shuo menanyakan perihal hilangnya Jing Hao.
Rui En
menceritakan kalau hilangnya Jing Hao karena kematian ayahnya dan perlu
menenangkan dirinya. Namun, Rui En berkeyakinan kalau Jing Hao sebenarnya tidak
menyukai Xin Jie, itu terlihat dari tatapan matanya. Tatapan mata Jing Hao
padanya seperti masih terdapat sebuah kemarahan yang besar.
“Kalau ayahnya
masih ada, apa yang akan dilakukan oleh Jing Hao?” tanya Min Shuo.
“Dia rela
menukar apapun demi ayahnya,” kata Rui En.
Min SHuo
mengajak Jing Hao untuk ketemuan. Jing Hao mengira Min Shuo mengajaknya ketemu
karena masalah Rui En. Kalau karena masalah Rui En, Jing Hao pastikan ia tidak
menyukai Rui En lagi.
“Apa kau
ingin bertemu dengan ayahmu?” tantang Min SHuo. “Kau sudah melupakan ayahmu
atau kau tidak mau menemui ayahmu lagi?”
Jing Hao
geram dengan ucapan Min Shuo. Ia mencengkeram kerah jas Min Shuo.
“Jangan
membawa-bawa nama ayahku untuk candaanmu!”
“Jangan
sampai kau menyesal.” Min Shuo pergi.
Jing Hao
semakin geram. Saat ia hendak menjalankan mobilnya sebuah MMS masuk ke dalam
ponselnya. Ketika ia membuka isi MMS-nya, matanya membeliak lebar. Foto
ayahnya!
Episode Selanjutnya...
Sumber : http://dunia-phoo.blogspot.co.id/2012/04/recap-endless-love-ep10.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar