Hanya Manusia biasa yang tak sempurna,suka menulis tentang kehidupan sehari hari~

Kamis, 05 Mei 2016

Endless Love CTS (Taiwan Drama) : Episode 10

Recap: Endless Love Ep.10

Line 10
Rui En membulatkan tekatnya. Ia akan bersaing secara sehat dengan Xin Jie.
Jing Hao menanyakan pada dua anak buahnya mengenai perekrutan designer baru.
Bi Yun melihat Rui En melepas lukisan-lukisan Jing Hao dari dinding. Rui En bilang, “Dulu aku memajang wajah Jing Hao untuk menunggunya. Sekarang dia sudah pulang, jadi untuk apa aku memajangnya lagi.”
Tong Tong dengan tegas mengatakan pada Rui En, kalau Paman Jing Hao sebenarnya masih cinta sama Kak Rui En, hanya saja Paman Jing Hao terlalu sibuk jadi tidak bisa menghubungi Kak Rui En. Rui En yang mendengar kepolosan Tong Tong tersenyum.
“Kak Rui En, harus bahagia!” ucap Tong Tong.
“Kakak pasti akan bahagia. Semangat,” balas Rui En.
Rui En mendatangi rumah sakit untuk mengajak Min SHuo makan siang. Merekapun makan siang bersama. Min SHuo tahu Rui En ingin membicarakan sesuatu mengenai Jing Hao, namun ia tidak memberikan Rui En kesempatan untuk bicara. Min Shuo asyik dengan pembicaraannya sendiri. Ia memutuskan untuk tinggal di rumah yang terpisah dengan ibunya, agar ia dan Rui En bisa tinggal bersama. Meskipun ia tak pandai memasak, tapi ia akan membuatkan masakan untuk Rui En. Dan, tentang masalah Rui En pergi ke rumah sakit untuk menemui Xin Jie itu, ia tidak akan menanyakannya dan tidak ingin tahu.
Rui En berteriak memotong pembicaraan Min SHuo. Biarkan ia bicara dulu. Rui En mengutarakan keinginanya untuk merebut kembali Jing Hao.
Min SHuo yang geram lantas pergi meninggalkan Rui En.
Rui En mengejar Min SHuo dan menjelaskan, bahwa ia tidak sanggup lagi untuk mengontrol perasaannya. Min SHuo yang seakan meledak perasaannya, hendak melayangkan tamparan pada Rui En, namun ia urungkan niatnya. Min SHuo meminta Rui En agar mencabut kembali kata-katanya.
“Anggap saja aku tidak mendengarnya,” tukas Min SHuo.
Rui En meminta maaf pada Min SHuo.
Di rumah sakit Bi Yun bertemu dengan Min SHuo yang tampak murung dan sedih. Ternyata ini ada kaitannya dengan Rui En, namun Bi Yun tidak mengorek banyak, karena ia tidak ingin membuat Min SHuo bersedih.
Karena hari ini adalah hari pertama BI Yun masuk kerja, Min SHuo mengantarkan Bi Yun ke dapur rumah sakit. Ia memperkenalkan Bi Yun pada staf dapur, tapi kokinya beranggapan kalau Bi Yun adalah pacaranya Min SHuo. Bi Yun lekas meluruskan keadaan kalau ia bukanlah pacarnya dokter Li. Mereka hanyalah teman saja.
Min Shuo bertanya pada Bi Yun, apa kekurangannya? Kenapa Rui En tidak menyukainya? Apakah tiga tahun ini ketulusannya untuk mencintai Rui En masih kurang?
Bi Yun, meskipun ia menyukai Min SHuo, dengan berbesar hati ia memberikan semangatnya pada Min SHuo. “Rui En hanya terlalu keras kepala saja. Dia masih belum bisa menghargai ketulusanmu. Suatu hari nanti dia pasti akan melihat semua kebaikanmu.”
“Kau akan berada di sampingku, kan sampai akhir? Mendukungku.”
Bi Yun mengangguk. Lalu, Min SHuo memeluknya.
Nyonya Zhuo menemui Tuan Song. Ia tidak suka Tuan Song membantu kisah cinta putrinya dengan Jing Hao. Tuan Song heran kenapa Nyonya Zhuo tidak menyukai Jing Hao. Ternyata alasan nyonya Zhuo sangat sederhana. Nyonya Zhuo telah mengorbankan segalanya demi kesuksesan Xin Jie. Dan semenjak Xin Jie mengenal Jing Hao, Xin Jie malah ingin melepaskan karir keartisannya. Nyonya Zhuo yang pecinta uang mana rela menyerahkan putri semata wayangnya demi seorang Jing Hao.
NoQ membawakan baju baru buat Rui En. Selalu seperti ini, Rui En merasa tidak enak hati jika harus diberi gratisan oleh NoQ.
Mumpung ada NoQ disini, Rui En meminta bantuannya sebentar. Ia sedang merancang sebuah program untuk ponsel, namun masih belum dapat-dapat juga yang diinginkannya. Jadi, programnya Rui En berkisar tentang pencarian jodoh lewat ponsel. Namun, NoQ agak sedikit keberatan dengan yang dikatakan oleh Rui En.
“Misalkan, saat aku menyalakannya dan ternyata di sebelahku seorang pria, apa dia akan menjadi jodohku?” ogah NoQ. “Lalu, ternyata tiba-tiba di sebelahku ada gadis jelek. Wah, aku tidak mau. Sebaiknya, pikirkan orang yang kau sukai dan nyalakan ponselnya, jika terjadi getaran, maka dia adalah jodohmu.”
Rui En mengingat kembali kata-kata dosennya. Biarpun ada banyaknya orang, namun pandangan mata tetap terfokus pada satu orang. Rui En tersenyum dan memeluk NoQ karena telah membantunya memecahkan masalahnya.
Rui En langsung mengetik apa yang barusan dikatakan oleh NoQ.
NoQ bingung, “Memangnya tadi aku mengatakan apa?
Saat makan malam suasana menjadi tidak nyaman. Rui En melihat wajah murung Bi Yun dan menanyakan, apakah hari pertama kerjanya tidak berjalan lancar?
Bi Yun dengan kesal menanyakan ke Rui En, apa yang terjadi pada Min Shuo karena saat ia bertemu dengan Min SHuo, Min SHuo sangat sedih. Meskipun ia tidak ingin menanyakannya, tapi ia berharap Rui En tidak menyakiti perasaan Min SHuo terus.
Rui En tidak mau memperpanjang masalah ini. Ia menyuruh NoQ untuk lekas menghabiskan makanannya, karena ia akan menemani NoQ berjualan.
Rui En dan NoQ berjualan baju bersama. Rui En curhat pada NoQ, apakah ia bodoh? Ia berharap Jing Hao datang padanya, tapi setelah datang Jing Hao malah menggandeng wanita lain.
Oke, cukup pembicaraan tentang Jing Hao. Rasanya haus jika membicarakan Jing Hao, NoQ meminta Rui En menjagakan barang dagangannya sementara ia membeli minuman.
Di tempat yang sama, Jing Hao dan Xin Jie jalan-jalan. Para penggemar Xin Jie mengerumbuninya dan meminta tanda tangan. Jing Hao bergerak menjauh dari kerumunan. Jing Hao berjalan-jalan seorang diri.
Tanpa sengaja Jing Hao melihat Rui En yang tengah berjualan.
Bunyi peluit polisi memaksa para pedagang kaki lima bubar jalan.
Rui En mendengar suara peluit dan menoleh ke belakang. Tepat di saat itu ia melihat Jing Hao. Keduanya tampak bengong.
Jing Hao tersadar dari bengongannya dan menarik lemari gantungan bajunya. Jing Hao dan Rui En berlari bersama, dan masuklah mereka ke dalam gang tempat pertama kali keduanya bertemu.
Jing Hao menyuruh Rui En tetap berada disitu selama satu jam. Namun, Rui En tidak mau dan bertanya ke Jing Hao, untuk apa bersembunyi? Kenapa menghindarinya?
Belum sempat menjawab pertanyaan Rui En, bunyi peluit polisi terdengar di belakang. Jing Hao menarik tubuh Rui En agar merapat ke dinding.
Sebenarnya akupun juga butuh perlindunganmu. Kau muncul di depanku begini tanpa bicarapun aku sudah senang. Benar-benar sangat baagia. Jing Hao, aku sangat merindukanmu, ujar Rui En dalam hatinya.
Waktu seperti ini sangat berharga. Aku mengharapkan lama waktu seperti ini. Memandangimu dalam diam, ujar Jing Hao dalam hati.
Tangan Rui En hendak menyentuh pipi Jing Hao, dan saat itulah Jing Hao yang sempat terlena akhirnya tersadar. Jing Hao menjauhkan dirinya dari Rui En.
Rui En hanya bisa menatap sedih pria yang dicintainya pergi meninggalkannya.

NoQ kebingungan mencari Ru En. Semua pedagangpun tidak ada. Rui En kembali dengan gontai, dan NoQ langsung menghampirinya.
“Kau kan, sama sekali tidak punya pengalaman. Tapi kau tidak tertangkap?”
“Tapi dia punya.”
“Siapa?”
“Liang Jing Hao.”
Rui En lalu menceritakan bagaimana tadi dia bisa bertemu dengan Jing Hao.
Sewaktu dalam perjalanan pulang, Jing Hao dihadang oleh beberapa orang suruhannya Nyonya Zhuo. Jing Hao yang seorang diri berhasil menumbangkan orang-orang itu. Jing Hao teringat Xin Jia dan ia menuju ke apartemen Xin Jie untuk mengetahui keadaan gadis itu.
Untunglah gadis itu baik-baik saja. Jing Hao menyuruh Xin Jie untuk pindah rumah demi keamanan. Namun, Xin Jie beranggapan akan tinggal serumah dengan Jing Hao. Maksudnya Jing Hao adalah Xin Jie pindah ke rumah baru karena ibunya Xin Jie telah memiliki kunci rumah ini. Oh, kalau itu jangan khawatir, karena Xin Jie sudah mengganti kunci rumah ini.
Rui En berkutat di depan laptop untuk memperbaharui programnya.
Jing Hao sibuk dengan pekerjaannya. Begitu pula dengan Xue Zhe dan Xue Li yang sibuk mencari designer baru untuk program perusahaan mereka.
Besoknya, Jing Hao terkejut dengan kehadiran Rui En di depan kantornya. Jing Hao beranggapan kalau Rui En datang untuk menemuinya. Ia mencengkeram siku lengan Rui En menyuruhnya untuk pergi dari situ. Xue Li datang dan ia menyapa Rui Enyang adalah designer baru perusahaan merekatentunya Rui En tersenyum nakal pada Jing Hao. Xui Li melihat Jing Hao mencengkeram siku lengan Rui En, “Oh, kalian berdua sudah saling kenal? Kalau begitu aku tidak perlu memperkenalkan kalian berdua lagi.”
Dua designer baru mereka adalah Luo Jian Sheng (entah kenapa nih cowok membuatku curiga) dan Song Rui En.
Parahnya, Rui En tidak bekerja sendiri. Ia membawa serta asistennya yang tak lain adalah NoQ. Dengan penuh kebanggaan, NoQ mampu bekerja sama dengan sangat baik. NoQ bisa merangkap menjadi asisten untuk semua orang dan membelikan makanan.

Jing Hao tidak setuju dengan penambahan NoQ di dalam kantornya, karena kantornya bukan taman bermain. Jing Hao menyuruh Xue Zhe dan Xue Li masuk ke ruangannya.
Rui En suka sekali melihat NoQ yang berhasil membuat Jing Hao marah.
Jing Hao menanyakan pada dua anak buahnya atas dasar apa merekrut Rui En. Xue Li bilang kalau rancangan Rui En yang paling bagus dari yang lain dan sangat berbakat. Lagipula bukankah yang mendesak untuk mencarikan designer adalah Jing Hao.
Lalu bagaimana dengan NoQ? Masa anak buah punya asisten?
Xue Li menjelaskan bahwa itu atas permintaan Rui En yang menginginkan asisten. Karena program mereka dikerjakan bersama dan harus dipekerjakan bersama pula. Kalau tidak mau, ya tidak usah dipekerjakan saja sekalian.
Xue Li dan Xue Zhe menemui karyawan barunya. Dari yang telah dibicarakan, Bos (Jing Hao) mereka akan mempekerjakan Rui En dan Jian Sheng selama tiga bulan masa percobaan. Jika kinerja keduanya tidak seperti yang diharapkan, maka harus pergi dari perusahaan.
NoQ tidak setuju. Untuk apa memperkerjakan mereka kalau pada akhirnya hanya dalam masa percobaan. Rui En memohon pada NoQ agar menurut. NoQ pun akhirya menurut dengan terpaksa.
Saat makan siang, Rui En dan NoQ mendatangi Jing Hao yang makan sendiri.
Jing Hao tanpa sedetikpun memandang ke arah Rui En. Ia tidak suka ada orang yang bermain-main di kantornya. NoQ merasa tersinggung karena dianggap remeh oleh Jing Hao. Dengan tegas Rui En mengatakan, mereka akan bekerja dengan serius dan jika mereka tidak memenuhi seperti apa yang diinginkan oleh Jing Hao, mereka akan mengundurkan diri dengan sendirinya.
Jing Hao pergi denganoh, tidak dengan angkuhnya.
Rui En menunduk sebal. Di sebelahnya, NoQ terus membuat sumpah serapahnya pada Jing Hao. NoQ menyumpahi saat Jing Hao masuk ke toilet, dan tisu toiletnya habis. Lalu, saat mandi di musim dingin dan tidak ada air panas. NoQ melihat air muka Rui En semakin kesal, dan iapun mencabut kembali sumpah serapahnya pada Jing Hao. Takut kalau Rui En marah.
Bi Yun sebenarnya ragu untuk mengatakannya, tapi ia tetap mengatakannya pada Min SHuo. Ia memberitahukan kalau Rui En bekerja di kantornya Jing Hao. Jelas saja ini membuat Min SHuo marah, dan beranggapan kalau Jing Hao sengaja menerima Rui En dan memberikan harapan palsu pada Rui En. Min SHuo segera menemui Tuan Song untuk melaporkan hal ini.
Ternyata Tuan Song tidak ada di tempat. Baru saja keluar. Min SHuo mengejar Tuan Song, namun Tuan Song keburu masuk ke dalam mobil. Tak mau ketinggalan, Min SHuo mengejar mobil Tuan Song.
Hingga, mobil Tuan Song masuk ke dalam pekarangan sebuah rumah sakit. Min Shuo menelpon Tuan Song dan menanyakan dimana sekarang. Tuan Song memberikan jawaban kalau sekarang ini sedang ada di bandara untuk menjemput klien. Min Shuo menaruh curiga. Jelas-jelas Tuan Song sedang berada di rumah sakit, tapi kenapa berbohong dengan mengatakan sedang berada di bandara.
Tuan Song menemui Liang Fu Chengayahnya Jing Hao. Ia curcol pada Tuan Liangyang sebenarnya sih percuma karena Tuan Liang tentunya tidak akan merespon ceritanyadan mengatakan ketidak setujuannya jika Jing Hao dan putrinya bersama. Karena ia takut Rui En mengetahui tentang kecelakaan itu (dimata Rui En kan, ayahnya adalah orang yang paling baik sedunia).
Tuan Liang memanggil Tuan Song dengan panggilan “teman baik.” Dan si teman baik ini memberikan setas coklat kesukaan Tuan Liang. Tanpa ragu-ragu, Tuan Liang membacakan sebuah surat yang ditulisnya untuk “anak muda.” Sayangnya, Tuan Liang tidak ingat siapa nama anak muda itu.
Tuan Liang mengantarkan Tuan Song ke mobilnya. Sebelum pulang, tiba-tiba, Tuang Liang ingat nama “anak muda” itu. Namanya adalah Liang Jing Hao. Min Shuo yang berada di dalam mobilnya mendengarnya dan ia begitu terkejut.
“Liang Fu Cheng? Bukankah ayahnya Liang Jing Hao sudah meninggal?”
Min Shuo menundukkan kepalanya saat mobil Tuan Song keluar dari pekarangan rumah sakit. Setelah mobil Tuan Song menjauh, Min SHuo keluar dari mobil dan hendak masuk ke rumah sakit, namun ditahan oleh satpam. Min Shuoyang memakai jubah dokterakan diijinkan masuk kalau membawa surat ijin.
Xue Zhe dan Xue Li ragu-ragu mau menyampaikan sesuatu pada Jing Hao. Mereka ingin membuat sebuah pesta kecil untuk menyambut karyawan baru.
Xue Li menyampaikan berita gembira yaitu makan malam untuk menyambut karyawan baru. NoQ yang sepertinya menyukai Xue Li dengan penuh percaya diri membawakan tas milik Xue Li. Karena NoQ adalah asisten semua orang. Mendengar hal itu, Xue Zhe dan Jian Sheng kemudian meletakkan tas mereka di tumpukan tangan NoQ.
NoQ hanya bisa memberengut sebal. Rui En tak dapat menahan tawa gelinya.
Saat memilih menu, NoQ, Xue Li, dan Xue Zhe begitu ribut. Xue Li menekankan setiap orang tidak boleh lebih dari 1000, karena perusahaan tidak punya banyak uang. Nah, NoQ diminta agar tidak memesan banyak makanan. NoQ yang polos keceplosan bicara dengan mengatakan, “Jing Hao sudah tahu aku makannya banyak.”
Xue Li dan Xue Zhe bingung. Rui En melirik dengan melotot ke NoQ agar jangan keceplosan bicara. Cepat-cepat NoQ mengoreksi ucapannya, “Dilihat sekilas dari badankupun sudah tahu kalau aku makannya banyak.”
Dan, Jing Hao datang dengan menggandeng Xin Jie. Menyebalkan. Air muka Rui En dan NoQ mendadak berubah tak ramah pada Xin Jie.
Jing Hao memang sengaja mengajak Xin Jie untuk membuat cemburu Rui En. Lebih menyebalkan!
Xin Jie terkejut melihat Rui juga ada di acara makan malam. Bahkan ia memanggil Rui En dengan panggilan “kakak.” Dan, ia senang karena Rui En bekerja di kantor Jing Hao, dengan begitu setiap kali ia ke kantor Jing Hao, ia bisa sekalian menemui Rui En. Menyenangkan bagi Xin Jie, tapi tidak bagi Rui En.
Min SHuo memberitahukan Tuan Song mengenai Rui En yang bekerja di kantor Jing Hao. Ia lalu menyinggung perihal kenapa Tuan Song begitu tidak merestui Jing Hao dan Rui En. Tuan Song bilang ia tidak suka pada Jing Hao yang telah meninggalkan putrinya tanpa sebab dan alasan. Min Shuo juga bertanya apa Tuan Song pernah bertemu dengan ayahnya Jing Hao? Dengan tergagap Tuan Song mengatakan ia belum pernah sekalipun bertemu dengan ayahnya Jing Hao.
Lagi, dan lagi!
Jing Hao sengaja membakar api cemburu Rui En. Ia mengatakan pada Xin Jie kalau malam ini sangat cantik dan mengecup pipinya.
Rui En yang merasa geram lantas berteriak memanggil Xin Jie. “Bisakah kau meminjamkan pacarmu padaku sebentar? Karena ada yang ingin kukatakan padanya.”
Rui En menghampiri Jing Hao. Menatapnya lekat, dan…
Rui En memeluk erat Jing Hao sembari berkata nyaringmungkin lebih ke nada marah, “Terima kasih kau telah menerimaku di kantormu. Aku akan berusaha dan tidak akan mengecewakanmu.”
Jing Hao terdiam. Xin Jie yang semula bengong, kemudian tersenyum.
Rui En pergi dengan motor matiknya dengan tangis tertahan. Jing Hao hanya diam bergeming.
Min Shuo menunggu Rui En di rumah. Ia terlalu penasaran dan menaruh curiga pada Tuan Song. Min Shuo menanyakan perihal hilangnya Jing Hao.
Rui En menceritakan kalau hilangnya Jing Hao karena kematian ayahnya dan perlu menenangkan dirinya. Namun, Rui En berkeyakinan kalau Jing Hao sebenarnya tidak menyukai Xin Jie, itu terlihat dari tatapan matanya. Tatapan mata Jing Hao padanya seperti masih terdapat sebuah kemarahan yang besar.
“Kalau ayahnya masih ada, apa yang akan dilakukan oleh Jing Hao?” tanya Min Shuo.
“Dia rela menukar apapun demi ayahnya,” kata Rui En.
Min SHuo mengajak Jing Hao untuk ketemuan. Jing Hao mengira Min Shuo mengajaknya ketemu karena masalah Rui En. Kalau karena masalah Rui En, Jing Hao pastikan ia tidak menyukai Rui En lagi.
“Apa kau ingin bertemu dengan ayahmu?” tantang Min SHuo. “Kau sudah melupakan ayahmu atau kau tidak mau menemui ayahmu lagi?”
Jing Hao geram dengan ucapan Min Shuo. Ia mencengkeram kerah jas Min Shuo.
“Jangan membawa-bawa nama ayahku untuk candaanmu!”
“Jangan sampai kau menyesal.” Min Shuo pergi.
Jing Hao semakin geram. Saat ia hendak menjalankan mobilnya sebuah MMS masuk ke dalam ponselnya. Ketika ia membuka isi MMS-nya, matanya membeliak lebar. Foto ayahnya!
Episode Selanjutnya...


Sumber : http://dunia-phoo.blogspot.co.id/2012/04/recap-endless-love-ep10.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar